Waktu
kecil
saya sering diajak oleh ibu saya ke pasar. Jenis pasarnya adalah pasar
tradisional, tempat favorit saya mencari jajanan pasar. Disana saya
melihat banyak dari pedagang-pedagang
yang menggelar dagangannya, dan sebagian besar dari mereka adalah para
pria.
Pedagang
sayuran, buah-buahan, lauk pauk? Pria
Pedagang sembako
dan bumbu dapur? Pria
Pedagang
kain, daster, kebaya? Pria
Pedagang
sanggul dan aksesoris wanita? Pria
Pedagang sepatu
dan tas wanita? Pria
Sampai
sekarang setelah saya dewasa pun, ternyata hal-hal tersebut masih belum
berubah, malah banyak fakta-fakta lain yang menunjukkan bahwa pria bisa sukses
bisnis produk kebutuhan wanita.
Sebut saja
sebuah pusat perbelanjaan bertingkat di ibukota yang berlabel ITC. Ada salah
satu ITC yang sering saya kunjungi karena disana tempat saya terbiasa mencari
barang-barang elektronik seperti komputer dan handphone. Istri saya juga senang
berkunjung kesana, karena di lantai-lantai tertentu juga menjual produk-produk
kebutuhan wanita.
Ketika
menemani istri saya mencari produk-produk kebutuhannya, pedagangnya juga
didominasi oleh para pria.
Pedagang
setelan baju dan rok? Pria
Pedagang
selendang dan jilbab? Pria
Pedagang
pakaian dalam wanita? Pria
Khusus
pedagang pakaian dalam wanita, saya sampai takjub melihatnya. Dengan sigap dan
cekatan beliau menjawab semua pertanyaan dari puluhan wanita yang sedang
berbelanja. Dari mulai melayani pertanyaan yang berkaitan dengan model, ukuran,
bahan, dan sampai memberi rekomendasi yang cocok bagi masing-masing pelanggan.
Kalau ada
yang nanya, “Pedagangnya cowok tulen ngga tuh, cyiiin?”
Hahaha..
Alhamdulillah tulen. Ada istrinya yang lagi ngemil rujak di depan meja kasir
dan ada anaknya juga 2 orang yang sedang bermain di lantai toko.
Dan ketika istri saya mengajak ke area tukang jahit untuk
menjahit kain yang dibelinya untuk dibuatkan baju, saya melihat puluhan tukang
jahit berjajar di kios-kios mereka, dan tidak ada satupun penjahit tersebut
adalah wanita. Semuanya adalah pria. Padahal yang saya tahu, yang suka menjahit
itu adalah nenek saya dan ibu saya lho. :)
Saat
perjalanan pulang, karena sudah malam, kami berencana mampir membeli makan. Kami
berhenti disuatu tempat yang banyak pedagang makanannya agar banyak pilihan.
Dari 20 pedagang makanan yang ada disana, hanya 1 orang yang wanita, ibu
penjual minuman.
Tukang Nasi
Goreng? Pria
Tukang Soto
dan Sate? Pria
Tukang
Ketoprak dan Gado-gado? Pria
Tukang
Siomay? Pria
Tukang Bakso
dan Mie Ayam? Pria
Tukang
Martabak? Pria
Tukang Nasi
Ramesan? Pria
Tukang Nasi
Padang? Pria
Hal ini juga sering kita jumpai kalau sedang dirumah kan?
Pedagang sayur dan makanan yang menjajakan dagangannya keliling perumahan kita
sebagian besar adalah para pria. Dan semua yang saya temui adalah pria normal dan tulen
yang memiliki anak dan istri. :)
Pertanyaannya sekarang, kenapa sih banyak
sekali pria yang memilih bisnis produk kebutuhan wanita?
Karena pada
faktanya pasar konsumen yang paling potensial adalah pada produk-produk yang
dibutuhkan wanita.
Jika kita
perhatikan, sebagian besar penduduk dunia adalah wanita. Dan sebagian besar wanita
lebih bersifat konsumtif dibanding pria, doyan belanja. Jika sebagian besar
dari sebagian besar ini mencari produk-produk yang mereka butuhkan, lalu kita
bisa menyediakan produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka, ini
merupakan pasar sekaligus bisnis yang sangat menjanjikan bukan?
Tidak takut nanti orang lain pada ngeledek kita
kayak banci?
Kalau dari
sisi pria, pengertian banci yang saya pahami adalah seorang pria yang lebih
menonjolkan sisi kewanitaannya. Seorang pria yang suka berpakaian, berdandan,
dan berperilaku seperti wanita.
Meninggalkan atau tidak peduli dengan tanggung
jawab sebagai kepala keluarga, yang harus menafkahi keluarganya, juga bisa
dibilang banci lho, karena orang-orang seperti ini tidak berperilaku dan
memiliki tanggung jawab seperti layaknya seorang pria sejati.
“Awalnya memang pada ngeledek sih Mas. Tapi setelah melihat saya bisa membiayai hidup saya dan keluarga saya dari hasil bisnis sendiri, makin berkurang tuh yang ngeledek saya Mas.
Apalagi pas mereka lihat saya bangun rumah baru dan bisa ganti mobil setiap 3 tahun sekali, itu yang tadinya ngeledek jadi penasaran ingin tahu gimana cara jalanin bisnisnya, gimana mulainya, berapa modalnya, dan lain-lain.
Ada juga yang tadinya ngeledek sekarang jadi berhenti ngeledek dan cenderung diam. Lalu kalau lagi ada acara kumpul-kumpul, sudah jarang datang.
Nah kalau yang seperti ini tipe teman yang gengsinya selangit, tidak mau mengakui bahwa pendapatnya selama ini salah. Atau mungkin mengakui, tapi sudah terlanjur malu sama kita orang, karena dulu paling sering dan paling sadis ngeledeknya. hahaha..
Padahal kita sih tidak ada tuh mau balas dendam ke dia orang. Yang penting kita berbisnis yang halal, hidup tidak bikin orang lain susah, dan malah kalau ada orang lain yang kesusahan, bisa kita bantu.”
Pedagang belum tentu juga menggunakan barang dagangannya kan?
Pria pedagang
pakaian dalam wanita, apakah menggunakan pakaian dalam wanita dalam
kesehariannya?
Tentunya tidak. (Saya sudah tanya sama istrinya, dan asli diketawain).
Pria penjual
produk aksesoris wanita, apakah menggunakan pita atau sanggul dalam
kesehariannya?
Tentunya tidak. Saya sudah lihat sendiri kesehariannya.
Pria penjual makanan burung, apakah dalam kesehariannya juga makan makanan burung?
Tentunya tidak. Atau memang ada? hahaha..
Pria penjual
mobil BMW, apakah menggunakan BMW dalam kesehariannya?
Belum tentu. Mungkin
belum sanggup juga beli BMW.
Pria penjual
apartemen mewah di Jakarta, apakah tinggal di apartemen mewah dalam
kesehariannya?
Belum tentu. Mungkin untuk beli apartemen yang tidak mewah pun belum sanggup.
Benar juga sih. Tapi emang yakin pria bisa
sukses bisnis produk kebutuhan wanita?
Sukses atau
berhasil itu, paling besar dipengaruhi oleh pelaku bisnis itu sendiri, yaitu
kita yang menjalankan bisnis. Mau pria bisnis produk kebutuhan pria, atau
pria bisnis produk kebutuhan wanita, serta produknya bagus dan banyak dicari
orang, namun kalau kita tidak serius, fokus, dan konsisten menjalankan bisnisnya, tidak
akan berhasil dan jauh dari kata sukses.
Sebagai
contoh saja, sering kita lihat para pria sukses dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang kita tahu sebelumnya adalah pekerjaan yang biasa dilakukan
oleh wanita.
Pernah
nonton acara permainan masak masakan Masterchef USA dan Hell’s Kitchen?
Pembawa
acaranya para pria, pesertanya banyak pria, dan yang menang seringnya pria.
Padahal masak masakan kalau dirumah kan tugasnya ibu-ibu.
Mau contoh lokal?
Banyak
sekali
malah. Ayam Bakar Mas Mono, Pecel Lele Lela, Soto Ayam Bang Jarwo, Sate
Kambing Pak Kumis, dan masih banyak lagi yang menggunakan resep makanan
dan resep masakan Indonesia. Coba deh lihat di sekeliling kita.
Yang paling gampang, bisa kita lihat tukang bubur atau tukang ketoprak
yang tiap pagi keliling dekat rumah kita menjajakan dagangannya, atau
kalau
malam bisa kita lihat tukang nasi goreng.
Pernah
dengar Oriflame, perusahaan yang menghasilkan produk kecantikan dan produk
kesehatan?
Founder
Oriflame adalah dua bersaudara Jonas dan Robert af Jochnick. Keduanya adalah
pria.
Sebagian
besar Produk Oriflame adalah produk kecantikan wanita, dan tidak sedikit juga
produk-produk untuk kebutuhan pria seperti busa untuk cukur, deodorant, parfum,
gel rambut, sabun, shampoo, dan masih banyak lagi. Dan sudah banyak pria yang
sukses menjalankan Bisnis Oriflame baik itu di luar negeri maupun di dalam
negeri.
Kategori
suksesnya bagaimana?
Hmmm.. Kalau para pria yang menjalankan bisnis Oriflame
ini sudah ada yang memiliki penghasilan 30 – 100 jutaan setiap bulan,
jalan-jalan ke luar negeri minimal setahun sekali dan menginapnya di hotel
berbintang, dan mereka sudah mengendarai mobil-mobil seperti Honda CRV, Toyota
Fortuner, BMW, dan Mercedes Benz, serta STNK atas nama mereka, ini boleh
dibilang pria sukses di bisnis ini tidak ya?
Saya adalah
salah satu dari sekian pria pelaku bisnis Oriflame yang sedang meniti tangga
sukses. Alhamdulillah sampai saat ini teman-teman saya tidak ada yang ngeledek
saya. Tapi saya yakin, mereka akan mulai ngeledek saya kalau saya menyerah dan
akhirnya gagal di bisnis ini. Hahaha..
Kenapa mereka menunggu sampai saya menyerah dan akhirnya gagal?
Karena saya
berangkat dari seorang yang punya pola pikir orang gajian,
pegawai kantoran,
karyawan yang mengandalkan gaji, yang dalam segi karir dan penghasilan
untuk
sebagian orang sangat-sangat membuat nyaman dan tidak banyak orang yang
sudah bekerja belasan tahun bisa mendapatkan "kenyamanan" seperti saya
saat itu.
Namun saya memutuskan untuk mengorbankan "kenyamanan" tersebut dengan
mengambil keputusan pensiun dini sebagai karyawan, dan berjuang di
bisnis saya ini untuk mendapatkan
kenyamanan yang lebih besar lagi. Saya ingin memperlebar dan memperluas
zona nyaman saya, dan saya mau zona nyaman saya tanpa batas, tanpa
mengenal kata pensiun.
"Memutuskan untuk Menyerah adalah sebuah Kegagalan."
Saya selalu suka
dengan tantangan, dan saya merasa bisnis saya ini penuh dengan tantangan yang
belum pernah saya alami sebelumnya. Hal ini yang selalu membakar semangat saya
untuk berhasil di bisnis ini. Saya yakin
saya akan menjadi salah satu pria sukses bisnis produk kebutuhan wanita.
Jadi bagi
para pria, para cowok, dan para laki-laki yang masih merasa gengsi untuk
menjalankan bisnis produk kebutuhan wanita, coba deh rubah pola pikirnya
sekarang.
Pengertian bisnis itu adalah memasarkan dan menjual produk (barang) dan atau jasa untuk
mendapatkan keuntungan (profit), dan tentunya dengan cara yang halal dan tidak
merugikan orang lain. Jadi apapun
produknya, baik untuk pria maupun untuk wanita, ataupun bukan untuk keduanya,
seharusnya tidak menjadi masalah, karena pedagang pun belum tentu menggunakan
barang dagangannya juga kan?
Malah kalau
saya melihatnya ini sebagai sebuah tantangan bagi para pria. Tantangan untuk melatih
mental kalau-kalau diledek sama teman-temannya, dan melatih mengalahkan gengsi.
"Gengsi Tidak Akan Pernah Membuat Hidup Lebih Bergengsi."
Rofy Kurnia
Inbox Facebook : https://www.facebook.com/mrofykurnia
0 comments:
Post a Comment
Silahkan tulis komentarnya, Teman-teman. Mohon menggunakan bahasa yang baik dan sopan yaa.. Terima kasih.