Bisnis Oriflame sudah menjerumuskan istriku mungkin merupakan kalimat yang paling tepat yang bisa digunakan untuk menggambarkan apa yang saya rasakan saat ini.
Keraguan yang sempat terlintas di dalam pikiran saya beberapa tahun lalu, saat pertama kali mendengar permintaan istri saya agar diberi izin untuk berbisnis ini, akhirnya seiring berjalannya waktu memberikan suatu jawaban. Andai saja dulu saya tidak memberi izin tersebut, mungkin saat ini keadaan keluarga kami tidak akan seperti ini. Keputusan yang beresiko, yang akhirnya mengubah jalan hidup keluarga kami, dan mengubah seluruh rencana hidup yang kami miliki sebelumnya.
Namanya resiko pastinya memiliki dua sisi, resiko buruk dan resiko baik. Resiko buruk biasanya dirasakan saat hasil yang kita terima tidak sesuai dengan harapan kita. Resiko baik adalah sebaliknya, saat hasil yang kita terima sesuai dengan harapan kita, atau setidaknya apa yang kita lakukan selama ini perlahan memperlihatkan hasil yang sesuai dengan harapan kita.
Jadi ceritanya begini…
Semua berawal saat saya ditempatkan oleh kantor saya dulu, untuk bekerja di salah satu pabrik mereka yang berada di luar kota. Penempatan ini adalah penempatan jangka panjang, yang periodenya dalam hitungan tahun. Saat itu juga belum setahun pernikahan kami, dan saya harus rela berpisah dengan istri, yang saat itu juga masih bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan di Jakarta.
Keputusan ini terpaksa kami ambil karena tentunya berkaitan dengan kebutuhan ekonomi. Saat itu yang kami tahu tentang kehidupan pernikahan adalah biaya hidup yang lebih besar dibanding saat masih sendiri.
Dan kami juga harus menabung untuk persiapan jika anak kami lahir nantinya, yang mana jika saat itu tiba, biaya hidup yang kami butuhkan akan lebih besar lagi dari kehidupan pernikahan yang tadinya hanya berdua dengan istri saja.
Yaaa… Memang hidup adalah pilihan, dan saat itu kami belum memiliki pilihan lain untuk mencari nafkah. Yang kami tahu adalah kami harus belajar dengan rajin, lulus kuliah dengan nilai memuaskan, dan mencari kerja menjadi karyawan di salah satu perusahaan.
Maklum saja karena di keluarga kedua orang tua kami tidak ada yang memiliki jiwa pengusaha, tidak ada yang menjadi pebisnis, apalagi memiliki yang namanya bisnis keluarga. Dari latar belakang keluarga yang seperti inilah yang membuat kami hanya terfokus ke salah satu dari 10 pintu rezeki, yaitu bekerja di kantoran menjadi karyawan.
Namun apa mau dikata, ternyata istri saya tidak nyaman dengan hubungan jarak jauh seperti ini. Saat itu dia mengatakan pada saya bahwa dia mau ikut dengan saya tinggal di luar kota. Namun dia akan pindah saat dia mendapatkan pekerjaan juga di kota dimana saya ditempatkan waktu itu. Bulan demi bulan berlalu, namun tidak ada panggilan dari perusahaan-perusahaan yang dia lamar pada saat itu.
Karena keinginan sudah kuat, maka akhirnya dia mencari alternatif lain selain menjadi karyawan. Saat itu istri saya hanya ingin mendapatkan penghasilan Rp 2 juta saja perbulan, hanya untuk kebutuhan wanitanya saja. Maklum istri saya ini suka sekali mengoleksi tas dan sepatu yang bermerek, yang pastinya memiliki harga diatas Rp 1 jutaan.
Selain keinginan mendapatkan penghasilan sekitar 2 juta per bulan, istri saya juga ingin bisnis yang akan dijalankannya itu bisa dikerjakan dimana saja, tanpa terikat oleh lokasi. Dan kalau bisa memiliki waktu yang fleksibel, sehingga bisa dikerjakan kapan saja, tanpa mengganggu kewajibannya untuk mengurus pekerjaan rumah tangga.
Alhamdulillah, saat itu istri saya melihat sebuah iklan di Facebook yang menawarkan peluang bisnis seperti yang dia inginkan, bisnis yang bisa dikerjakan dimana saja dan kapan saja, tidak terikat oleh lokasi dan waktu. Dan untuk mendapatkan penghasilan 2 juta per bulan dari bisnis ini sangat memungkinkan.
Namun sayangnya bisnis ini merupakan bisnis Multi Level Marketing (MLM), yang mana dia sangat mengetahui bahwa saya merupakan orang yang paling antipati dengan yang namanya bisnis MLM saat itu.
Kenapa saya bisa antipati dengan bisnis MLM?
Rasa antipati ini awalnya berasal dari beberapa orang rekan saya yang sempat berusaha menawarkan saya bisnis MLM, bukan karena saya mencari-cari alasan untuk menunda memulai berbisnis.
Ada yang pada saat menawarkan bisnisnya kepada saya, rekan saya ini bicara tanpa henti alias nyerocos terus, dengan semangat menjelaskan segala hal tentang bisnisnya sampai detil sekali, sampai-sampai saya tidak diberi kesempatan bicara.
Saat saya memiliki kesempatan bicara, dia cenderung tidak mau mendengar apa yang saya katakan. Dia terus saja berbicara dan berpendapat seperti menegaskan bahwa hanya dia yang perlu di dengar dan dia yang paling benar.
Ada lagi rekan saya yang lain, menawarkan bisnisnya dengan biaya gabung sebagai member dengan nilai nominal yang besar, ditambah harga produknya lumayan tinggi (sekitar 300 ribu – 1 jutaan), dan semua biaya itu akan diminta di awal saat gabung.
Melihat produknya yang merupakan produk kesehatan dari negeri tirai bambu, dengan harga selangit, dan produk tersebut bukan merupakan produk kebutuhan sehari-hari, saat itu saya merasa kalau saya akan kesulitan memasarkannya dan mendapatkan penjualan dari produk jenis ini. Saat saya menyatakan menolak untuk ikut bergabung dengan bisnisnya, rekan saya itu berubah sikap, menjadi seperti memusuhi saya.
Saat bertemu atau papasan di jalan sudah tidak mau menyapa. Jika disapa, hanya merespon seadanya tanpa mau menatap wajah yang menyapa. Nah kedua pengalaman tidak menyenangkan bagi saya inilah yang membuat saya antipati dengan MLM, disamping tidak sedikit juga informasi yang saya dapatkan tentang banyaknya penipuan dan money game yang berkedok MLM.
Akhirnya tibalah saatnya istri saya meminta izin kepada saya untuk bergabung menjadi anggota di bisnis Oriflame.
Saat itu yang dilakukannya adalah menelepon saya dan menjelaskan tentang bisnisnya, mengirimkan saya seluruh hal tentang bisnis Oriflame ini, dari mulai sistem bisnisnya, produknya, dan keuntungan apa saja yang bisa didapat dari menjalankan bisnis ini lewat email.
Saya gunakan kesempatan ini untuk mempelajari sistem bisnisnya, menganalisa penerimaan pasar terhadap produknya, dan mencari tahu segalanya tentang sejarah dan perkembangan perusahaannya, produknya, dan bisnisnya.
Keesokan harinya istri saya telepon lagi saat saya mau rapat di kantor. Dia menanyakan perihal permintaan izin tersebut. Respon saya saat itu adalah meminta istri mempertimbangkannya sekali lagi untuk menjalankan bisnis Oriflame ini.
Saat memberikan respon ini sebenarnya saya sudah menyetujui istri saya bergabung di bisnis ini, karena setelah saya membaca semua hal tentang bisnis ini dari email yang dikirimkan istri saya, apalagi setelah mempelajari sistem bisnisnya dan setelah mendapatkan referensi dan rujukan bahwa sistem bisnisnya halal serta sudah terdaftar di APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia), saya jadi lebih yakin dengan keputusan saya memberi izin. Respon saya ini sebenarnya hanya untuk menguji kesungguhan istri saya dalam menjalankan bisnis Oriflame ini.
Saat mendapat respon seperti itu, istri saya langsung menjelaskan panjang lebar segala hal yang sudah saya pelajari dari email yang dikirimnya. Dan bilang kalau dia serius dan yakin ingin menjalankan bisnis ini agar bisa hidup bareng sama saya di luar kota. Setelah mendapat jawaban itu lalu saya bilang, ya sudah silahkan gabung di bisnis itu.
Lalu saya tanya sama istri saya berapa juta yang perlu saya transfer untuk bergabung. Saat itu dia bilang tidak perlu transfer apapun, izin dari saya sudah lebih dari cukup. Karena saya sudah mau mulai rapat di kantor, akhirnya perbincangan tidak saya lanjutkan lebih jauh.
Namun selama meeting saya kepikiran, dapat uang darimana istri saya untuk biaya gabungnya. Karena yang saya tahu dari beberapa rekan yang pernah menawarkan bisnis MLM pada saya, mereka selalu menjelaskan kalau saat mau bergabung kita diminta untuk melakukan pembelian produk dengan harga ratusan ribu sampai jutaan.
Setelah rapat, karena penasaran saya tanya berapa biaya gabungnya sama istri, dan istri saya menjawab biaya gabungnya hanya RP 39.900 (saat ini menjadi Rp 49.900).
Sudah pernah lihat gambar kartun Ali Oncom dalam posisi nyungsep di surat kabar Pos Kota? Nah itu mungkin ilustrasi yang tepat menggambarkan kagetnya saya pas dengar biaya gabungnya hanya sebesar itu.
Jadi yang membuat saya berani membuat keputusan beresiko tersebut adalah karena melihat potensi resiko buruk yang kecil pada sistem bisnis ini, dilihat dari biaya gabungnya yang tidak lebih besar dengan biaya jajan dan belanja kita yang dikeluarkan saat akhir pekan di mall, dan para pelaku bisnis tidak diperbolehkan menjadi stockist sehingga tidak ada kemungkinan mengalami kerugian karena menumpuk barang dan akhirnya tidak terjual.
Kembali pada izin yang saya berikan pada istri, ada hal yang tidak tertulis dan tidak terucap kepada istri saya, yaitu tentang masa percobaan 3 bulan seperti karyawan baru di kantoran.
Jadi jika selama 3 bulan setelah menjalankan bisnis Oriflame ini terlihat bisnisnya tidak ada perkembangan dan malah membuat uang banyak keluar untuk sesuatu yang tidak jelas, maka saya akan meminta istri saya untuk berhenti menjalankan bisnis ini dan tidak akan pernah ada lagi cerita minta izin untuk bergabung dalam bisnis seperti ini seumur hidup.
Saya bukan tipe suami yang diktator kepada istri, yang main larang saja tanpa ada alasan yang jelas, karena saya melihat suami istri itu perlu kerjasama dan diskusi dalam mengambil keputusan yang terbaik dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Saya juga bukan tipe suami yang kolot yang takut jika istri lebih sukses atau penghasilan istri lebih besar daripada penghasilan suami. Saya menyadari bahwa rencana kehidupan kami membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga saya masih minta bantuan istri dalam hal membantu penghasilan saya dari menjadi karyawan di kantoran, yang mana sebenarnya di luar kewajibannya sebagai istri yang seharusnya hanya mengurus rumah tangga dan tinggal di rumah. Jadi sangat tidak adil rasanya jika saya main larang saja, padahal saya masih membutuhkan bantuannya di luar kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Apalagi jika saya melarang tanpa alasan, tapi tetap mau penghasilan dari bisnisnya, kebangetan banget kalau model suami yang begini sih.
Bulan pertama sudah dilewati dan istri saya mendapatkan penghasilan dari bisnisnya sebesar Rp 30 ribu.
Jumlah penghasilan yang saat itu membuat saya tertawa, bahkan jumlah itu lebih kecil dari biaya pendaftaran untuk bergabung di bisnis ini.
Namun melihat teriakan gembiranya waktu pertama kali mendapatkan penghasilan dari bisnis yang baru dijalankannya, membuat saya tidak tega untuk mematahkan semangatnya dengan ketawa habis-habisan di depannya, apalagi sampai ngeledekin.
Lalu bulan kedua berhasil dilewati, dan kali ini penghasilannya naik berkali-kali lipat menjadi sekitar Rp 200 ribu. Sampai-sampai pada saat saya diberi tahu lewat email, istri saya mengirimkan foto bukti transfer dari Oriflame ke rekening tabungannya. Kali ini saya langsung balas emailnya dengan ucapan selamat yang agak “lebay”, tujuannya biar istri saya makin semangat mengerjakan bisnisnya. Dan pada akhir bulan ketiga, istri saya sudah berhasil mendapatkan penghasilan hampir mencapai jumlah Rp 1 juta.
Bagi saya ini sesuatu yang mengesankan, karena kembali istri saya membuktikan bahwa memang dia sangat serius dan fokus menjalankan bisnis ini, dan memang terlihat dari penghasilannya yang naik berkali-kali lipat.
Akhirnya setelah melihat grafik penghasilan yang terus menanjak, dan melihat istri saya senang mengerjakannya, maka mulai dari hari itu saya beri persetujuan penuh istri saya untuk menjalankan bisnis Oriflame ini sambil tetap bekerja di kantor sebagai karyawan. Dan saat itu juga saya beri tahu istri saya tentang masa percobaan 3 bulan itu.
Respon istri saya waktu itu kaget, dan akhirnya dia ngomel-ngomel sambil nyubit. Wadaw..Sakiiit..
Bulan kelima juga berhasil dilewati, dan penghasilan istri saya di bisnis Oriflame akhirnya mencapai nilai sekitar Rp 2 jutaan. Tapi… apa mau dikata, nasib ternyata berkata lain.
Saya dan istri hanya bisa berencana, namun tetap Tuhan jugalah yang menentukan hasil akhirnya. Rencana yang sudah kami susun dari jauh-jauh hari buyar seketika saat… bersambung ke Bisnis Oriflame Sudah Menjerumuskan Istriku (2).
Rofy Kurnia
Inbox Facebook : https://www.facebook.com/mrofykurnia
Jumlah penghasilan yang saat itu membuat saya tertawa, bahkan jumlah itu lebih kecil dari biaya pendaftaran untuk bergabung di bisnis ini.
Namun melihat teriakan gembiranya waktu pertama kali mendapatkan penghasilan dari bisnis yang baru dijalankannya, membuat saya tidak tega untuk mematahkan semangatnya dengan ketawa habis-habisan di depannya, apalagi sampai ngeledekin.
Lalu bulan kedua berhasil dilewati, dan kali ini penghasilannya naik berkali-kali lipat menjadi sekitar Rp 200 ribu. Sampai-sampai pada saat saya diberi tahu lewat email, istri saya mengirimkan foto bukti transfer dari Oriflame ke rekening tabungannya. Kali ini saya langsung balas emailnya dengan ucapan selamat yang agak “lebay”, tujuannya biar istri saya makin semangat mengerjakan bisnisnya. Dan pada akhir bulan ketiga, istri saya sudah berhasil mendapatkan penghasilan hampir mencapai jumlah Rp 1 juta.
Bagi saya ini sesuatu yang mengesankan, karena kembali istri saya membuktikan bahwa memang dia sangat serius dan fokus menjalankan bisnis ini, dan memang terlihat dari penghasilannya yang naik berkali-kali lipat.
Akhirnya setelah melihat grafik penghasilan yang terus menanjak, dan melihat istri saya senang mengerjakannya, maka mulai dari hari itu saya beri persetujuan penuh istri saya untuk menjalankan bisnis Oriflame ini sambil tetap bekerja di kantor sebagai karyawan. Dan saat itu juga saya beri tahu istri saya tentang masa percobaan 3 bulan itu.
Respon istri saya waktu itu kaget, dan akhirnya dia ngomel-ngomel sambil nyubit. Wadaw..Sakiiit..
Bulan kelima juga berhasil dilewati, dan penghasilan istri saya di bisnis Oriflame akhirnya mencapai nilai sekitar Rp 2 jutaan. Tapi… apa mau dikata, nasib ternyata berkata lain.
Saya dan istri hanya bisa berencana, namun tetap Tuhan jugalah yang menentukan hasil akhirnya. Rencana yang sudah kami susun dari jauh-jauh hari buyar seketika saat… bersambung ke Bisnis Oriflame Sudah Menjerumuskan Istriku (2).
Rofy Kurnia
Inbox Facebook : https://www.facebook.com/mrofykurnia
izin share ya :)
ReplyDeleteSilahkan Mbak Wiwiek. Semoga bermanfaat. :)
Delete